Pages Navigation Menu

Berdaya, Berbudi, dan Berilmu

Ads

Menaklukkan Pikiran

Menaklukkan Pikiran

Pernah suatu kali, ayah saya minta untuk digantikan sebagai khatib, saya lupa persisnya iedul adha atau fitri. Waktu itu saya belum begitu terlatih berbicara di depan umum, apalagi jika materi yang dibawakan adalah khutbah. Rasanya ingin menolak, tapi sebagai seorang santri tentu malu rasanya untuk mengatakan tidak. Beberapa hari menjelang tampil di mimbar khatib, saya terus berlatih keras agar sempurna. Sayangnya semakin saya berpikir kesempurnaan, semakin tertekan dan dag dig dug di hati semakin kuat.

Tampil sempurna tentu sebuah kebanggaan dan keharusan, namun, bagi saya, kadang itu justru membebani pikiran sendiri. Maka saat itu terjadi, mulailah pikiran negatif bermunculan, nanti kalau begini bagaimana, kalau salah bagaimana, kalau saya gugup bagaimana, dan seterusnya. Saya stres, sampai saat sedang berlatih, saya salah mengucapkan, ‘jamaah sidang jum’at yang berbahagia’, seharusnya ‘jamaah shalat ied yang berbagaia’. Kesalahan ucap itu semakin menghantui pikiran selama beberapa hari latihan. Tahukah anda? saat ‘tampil di mimbar’, apa yang saya takutkan sungguh terjadi.

Ada nasehat bijak yang mengatakan, ‘you are what you think’; kamu adalah apa yang kamu pikirkan. Dulu Ustad saya sering sekali mengulang kalimat yang menggambarkan kekuatan pikiran, katanya ‘think big, be big’. Ya, saya percaya pikiran dapat mempengaruhi tindakan yang akan kita ambil. Jika yang kita pikirkan positif, maka kemungkinan besar perilaku yang tampil dipermukaan sebagai buah dari pikiran itu adalah positif, begitupun sebaliknya. Seperti saya yang takut salah berucap saat khutbah ied, itu memenuhi alam bawah sadar saya, ia menjadi pikiran yang selalu berulang-ulang, akhirnya itu benar-benar terjadi. Untuk itu, dalam memaksimalkan potensi diri, penting untuk menaklukkan pikiran sendiri.

Seringkali kita sibuk dengan urusan harian yang begitu padat, sampai lupa untuk sekedar menyempatkan berdiam diri memikirkan apa yang sudah kita lakukan dan apa yang mungkin kita ingin lakukan di masa depan. Maka cara pertama yang mungkin dapat membantu untuk menaklukkan pikiran adalah dengan menciptakan ruang pribadi. Memberi ruang untuk diri sendiri membantu agar pikiran kita rileks sehingga dapat berfikir dengan jernih dan tenang, seraya ‘membaca’, mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan. Pun, ini dapat melatih cara pandang kita pada sebuah peristiwa, cara kita menyikapinya, dan yang terpenting kita belajar dampak positif negatif yang muncul karenanya.

kedua, selain memberi ruang diri untuk melakukan evaluasi, yang juga tak kalah penting untuk menaklukan pikiran adalah dengan cara membiasakan self-talk positif yaitu berbicara dengan diri sendiri menggunakan bahasa yang positif. Misalnya, katakan pada diri kita, bahwa ‘saya bisa’, ‘saya berani’, ‘saya pandai bicara’, dan kalimat positif lainnya yang dapat mempengaruhi pikiran kita secara positif dengan harapan itu akan mewujud dalam perilaku yang juga positif. Ingat pesan tadi, ‘you are what you think’. Kembali pada contoh kasus saya saat khutbah salah mengucapkan tadi, sesungguhnya saya sedang berkata pada diri sendiri dengan kalimat negatif, ‘bagaimana kalau saya salah ucap?’, akhirnya itulah yang terjadi.

Ketiga, Tentu sebagai makhluk yang bertuhan, yang masih percaya pada kekuatan yang Maha Sempurna, yaitu Allah, kita membutuhkan pertolongan-Nya dalam segala hal. Untuk itu, cara yang ketiga menaklukan pikiran adalah dengan berdoa. Tentu saja, di dalam doa terkandung banyak kalimat positif, sebagai contoh saat membaca ‘bismillahirahmanirahim’, sejatinya kita sendang menyatakan bahwa setiap amal kita sejatinya atas nama Allah dan kita sedang mempersembahkan itu sebagai bentuk ibadah kita kepada-Nya. Pun, kita sedang belajar meneladani Rahman dan Rahimnya Allah. Dan setiap kalimat doa yang kita panjatkan akan kembali kepada kita dalam bentuk positif sebagimana yang kita pinta. Bukankah Allah sebagaimana yang kita prasangkakan. ‘Aku sebagaimana yang diprasangkakan hamba-Ku terhadap-Ku, dan aku bersamanya saat dia berdoa kepada-Ku’.

Akhirnya, menaklukkan pikiran adalah kemampuan yang mesti kita miliki, sehingga pikiran-pikiran yang memenuhi alam bawah sadar kita adalah pikiran positif yang akan muncul sebagai realitas positif dalam tindakan yang kita lakukan. Sebagaimana teori gunung es, bahwa yang terlihat di permukaan air hanya sedikit bongkahan es dan bongkahan es yang tersembunyi di dalam air jauh lebih besar. Menaklukkan pikiran adalah sebuah upaya untuk mengolah relung terdalam yang ada dalam diri manusia, sehingga yang nanti akan tampil kepermukaan sebagai realitas yang tampak akan menjadi baik sesuai yang terolah di dalam alam bawah sadar. Wallahu ‘Alam Bissawab.

Salam Powerful…!

Julmansyah Putra

Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org
 

Ads

Leave a Reply

%d bloggers like this: