Pages Navigation Menu

Berdaya, Berbudi, dan Berilmu

Ads

Kehadiran Ayah (Bag. 1)

Kehadiran Ayah (Bag. 1)

Ayah, ingatlah namamu tersematkan di belakang nama anakmu. Kemanapun dia pergi dan apapun yang mereka lakukan, nama baikmu turut dipertaruhkan. Baik yang mereka kerjakan, baik pula namamu. Sebaliknya, buruk perilakunya, engkaulah yang menanggung malu. Lalu, masih adakah alasan untuk tidak hadir dalam mendidik anak-anakmu?

Banyak sudah penelitian yang menjelaskan petingnya peran ayah dalam tumbuh kembang anaknya. John Gottman dan Joan De Claire, misalnya menyebutkan bahwa ayah berkontribusi penting dalam pendidikan anak, khususnya dalam perkembangan emosional sang anak. Bagi anak laki-laki, kehadiran ayah menentukan kesuksesannya dalam hal persahabatan dan prestasi akademik.

Sementara untuk anak perempuan, kehadiran ayah akan menghindarkan mereka dari perilaku negatif terhadap hubungan yang tidak sehat dengan lawan jenisnya. Anak perempuan akan terbekali kemampuan untuk membangun hubungan positif ketika dewasa. Dan tanpa disadari bekal itu ia dapat dari ayah.

Maka, sekali lagi ayah, kehadiranmu memberi peran penting bagi perkembangan anakmu. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk hadir bagi anak. Dalam tulisan ini saya mencoba berbagi tiga hal penting yang mungkin membantu ‘kehadiran’ seorang ayah bagi anaknya. Hadir memang tak selamanya secara fisik ada. Maka hadirlah sepenuhnya, bukan sekedar ada. Berikut ini tiga tips agar kehadiran ayah berkualitas dan berdampak pada perkembangan postif anak.

Pertama, hadir itu bersedia mendengarkan. Ayah tidak hanya dituntut mampu mendengarkan, tapi ‘bersedia’ mendengarkan. Ayah yang hadir menyediakan waktu untuk menjadi pendengar yang baik bagi anaknya. Sesibuk apapun, ajak anak bicara, dengarkan cerita mereka, walau kadang bagi ayah itu sepele atau tak penting. Yakinlah bahwa, kehadiran semacam itu memberi dampak yang besar bagi kehidupan mereka. Mungkin tidak sekarang, tapi nanti keteka mereka tumbuh dewasa.

Saat ayah enggan mendengarkan, maka tak terjadi komunikasi yang baik ayah dengan sang anak. Celakanya, jika sedari kecil itu terjadi kemungkinan akan berlanjut hingga anak-anak ayah tumbuh dewasa. Ketika dewasa anak akan mencari ‘pengganti’ yang bersedia ‘hadir’ dan mendengarkan curhatnya. Tak terbayang bukan jika pengganti yang hadir itu negatif, apa jadinya anak ayah nanti?

Maka kemauan mendengar adalah salah satu bentuk hadirnya ayah bagi anaknya. Saat mendengar, yang ayah butuhkan hanyalah bersikap tenang, dengarkan dengan penuh perhatian tiap kalimat yang dikatakan. Bersabarlah, tak perlu menyela dan terburu-buru memberi masukan, apalagi ‘perintah’ untuk ini atau itu. Sebab, saat tenang mendengarkan, ayah bisa memahami permasalahan secara utuh, untuk kemudian mengapresiasi dan berbagi solusi penyelesaiannya.

Kadang, perlu dimengerti bahwa tak selamanya anak bercerita ingin mendapat solusi, kadang ia sekedar ingin berbagi. Ini terutama terjadi ketika anak masih berusia balita. Mereka kadang asik bercerita tentang apa yang dilihat, habis lihat ondel-ondel, mungkin tadi habis naik odong-odong, atau menunjukkan hasil karyanya saat disekolah. Semua itu ia lakukan untuk mendapat perhatian sang ayah, sekali lagi anak butuh didengarkan. Dan ayah yang hadir adalah dia yang bersedia mendengarkan.

Lanjutan Kehadiran Ayah (Bag. 2)

Salam Powerful…!

Julmansyah Putra

Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org dan http://jujulmaman.blogspot.com

Ads

Leave a Reply

%d bloggers like this: