Pages Navigation Menu

Berdaya, Berbudi, dan Berilmu

Ads

Kehadiran Ayah (Bag. 2)

Kehadiran Ayah (Bag. 2)

Kedua, hadir itu menjadi role model. Kecenderungan anak, terutama saat kecil meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Maka ayah harus tampil sebagai sosok yang pantas diduplikasi. Biasanya, ingatan masa kecil akan berbekas dan sedikit banyak mempengaruhi perilaku saat dewasa. Sederhananya, anak akan mengikuti apa yang pernah ayahnya contohkan.

Sewaktu kuliah, tetangga kost saya yang sudah berkeluarga memiliki seorang anak laki-laki. Setiap hari, kadang ibunya, atau sesekali ayahnya berteriak mebentak saat anaknya dianggap ‘nakal’. Tak jarang teriakan itu diikuti dengan pukulan kecil pada sang anak. Suatu hari saya mendengar ada teman-teman mengadukan kepada orang tuanya bahwa ia memukul temannya. Bagi saya, mungkin saja si anak sedang mengamalkan ‘ilmu hitam’ yang ia dapat setiap hari dari orang tuanya.

Pernah mendengar ungkapan, ‘satu contoh lebih baik dari seribu perkataan?’ Saya pernah mempraktekkan dan hasilnya luar biasa. Baca juga The Power of Contoh. Anak saya meniru, mungkin lebih tepatnya ‘ikut-ikutan’ apa yang ayahnya kerjakan. Saat hendak shalat, ia mengikuti gerakan shalat saya, meski dengan gaya khas anak-anak. Saat membaca al-Quran ia pun ingin melakukan hal yang serupa. Baru-baru ini ia menggosok gigi sebelum tidur, itupun dilakukan saat melihat saya.

Bayangkan jika kebiasaan-kebiasaan baik itu dilakukan sejak dini, luar biasa bukan? Contoh baik sang ayah akan mengendap dalam alam bawah sadar anak dan kemudian itulah yang muncul menjadi karakter menjelma dalam perilaku keseharian anak hingga ia tumbuh dewasa, dan mungkin sampai nanti, saat ia juga menjadi seorang ayah bagi anak-anaknya. Begitulah siklus kebaikan itu akan terus berulang. Sekali lagi bayangkan, jika semua ayah melakukan ini, luar biasa bukan?

Tak perlu berteriak meminta anak untuk melakukan kebaikan, dengan contoh pekerjaan itu menjadi mudah. Percayalah, suatu hari sang anak akan ingat atas apa yang biasa ayahnya lakukan. Saya sedang berusaha menjadi role model bagi si buah hati. Tentu saja, menjadi inspirasi bagi anak tak hanya dalam ibadah ritual, role model dapat dikembangkan dalam banyak hal, termasuk dalam karir atau pekerjaan. Ayah yang memiliki semangat kerja yang hidup pantang menyerah, akan mewariskan gambaran baik bagaimana seharusnya seseorang itu bekerja. Ingat ayah, anakmu mencontohmu.

Pengalaman guru saya, pak Jamil Azzaini (@JamilAzzaini) menjadi contoh lain betapa apa yang ayah lakukan secara sadar atau tidak diduplikasi oleh anak. Pak Jamil pernah bercerita bahwa suatu hari beliau pernah bermain petak umpet dengan anaknya, setelah lama bersembunyi anaknya tak kunjung mencarinya. Akhirnya beliau pun keluar dan memanggil-manggil anaknya. Ternyata Izul, demikian anaknya biasa disapa, sedang asik bermain bersama teman-temannya di taman.

Mengetahui itu pak Jamil, segera menghampiri dan bertanya kenapa Izul tak mencarinya. ‘Bukankah kita sendang bermain petak umpet, kenapa kamu pergi?’, tanya beliau. ‘Emang nggak boleh Pak?’ jawab Izul. ‘Ya boleh, Nak, tapi kalau mau pergi, harus pamit dong, biar Bapak nggak ngumpet kelamaan’. Secara mengejutkan, Izul menjawab, ‘emang harus pamit Pak? Bukannya Bapak juga kadang-kadang kalau pergi kerja nggak pamit sama Izul’. Pak Jamil memeluk anaknya.

Anak itu ibarat buah, jika ingin buah yang baik, pohonnya harus baik, akarnya harus dipupuk dan disiram secara baik. Ayah adalah akar itu, maka penting untuk menempa diri, kalaulah perlu memaksa diri untuk menjadi pribadi baik yang pantas dijadikan role model bagi anak-anaknya. Lalu ayah belajar dari siapa untuk memantaskan diri itu, sebagai muslim contoh ideal ada dalam pribadi Rasulullah saw. belajar dari kehidupan beliau akan menjadikan kehadiran ayah dalam keluarga lebih berkualitas.

Lanjutan Kehadiran Ayah (Bag. 3 selesai)

Salam Powerful…!

Julmansyah Putra

Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org dan http://jujulmaman.blogspot.com

Ads

No Comments

Trackbacks/Pingbacks

  1. Kehadiran Ayah (Bag. 1) | Julmansyah Putra - […] Lanjutan Kehadiran Ayah (Bag. 2) […]

Leave a Reply

%d bloggers like this: