Ice Breaking; Bukan Sekedar Hiburan

Apa yang terbayang ketika Anda mendengar kata ice breaking? Yes, yang teringat oleh kita adalah game, humor, yel-yel, senam, tepuk tangan, sulap, tebak-tebakan, dan sebagainya. Semua aktivitas itu merupakan cara yang biasa dipakai untuk menjadikan juga mengembalikan suasana pelatihan (belajar) yang menjenuhkan menjadi seru dan menyenangkan. Sehingga, audiens siap kembali menyimak dan mengikuti proses pelatihan.
Taukah Anda, ketika seorang pembicara berkomunikasi pada khalayak, tugasnya tidak hanya memberi informasi (to inform), mendidik (to educate), dan mempengaruhi (to influence), tetapi pembicara juga hendaknya dapat menghibur (to entertain) para audiens. Ice breaking dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menghibur menyenangkan hati audiens agar tetap bersemangat dalam mengikuti proses pelatihan.
Tapi apakah tujuan ice breaking hanya menghibur? Tentu saja tidak. Selain untuk menghangatkan suasana, ice breaking juga berfungsi membangkitkan rasa percaya diri audiens, mengasah kreativitas, dan tak kalah penting adalah menumbuhkan ikatan emosional, baik kepada pembicara maupun komunikasi antar peserta. Sehingga, audiens yang hadir dari latar belakang beragam (motivasi, pendidikan, jabatan, dan sebagainya), dapat berinteraksi secara baik dengan prinsip kesetaraan dalam tujuan yang sama.
Artinya, es yang kaku, beku, dingin, dan keras, sebagai metafor dari komunikasi yang tersumbat atau interaksi yang belum melebur, dapat dipecahkan dengan melakukan aktivitas ice breaking. Jika sumbatan itu berhasil dihancurkan, maka proses belajar menjadi lebih nyaman. Pembicara tidak sulit memberikan informasi dan intruksi, sebaliknya peserta tidak sungkan mengemukakan pendapat, meskipun berbeda. Dengan begitu, akan semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang didapat selama proses pelatihan.
So, apa saja yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan seorang pembicara untuk memaksimalkan ice breaking yang digunakannya? Berikut ini beberapa tipsnya.
Pertama, perhatikan waktu, peserta, dan tujuan ice breaking. Memahami ketiganya dapat membantu pembicara menentukan jenis ice breaking yang tepat. Misalnya, dengan durasi acara yang singkat dengan jumlah peseta yang cukup banyak, tentu ice breaking yang dimainkan lebih sederhana dan mungkin tidak perlu menggunakan peralatan tertentu, cukup dengan memanfaatkan anggota tubuh. Sebab, tujuannya sekedar menyegarkan kembali suasana di saat peserta mulai kehilagnan konsentrasi.
Sebaliknya, jika waktu pelatihan lebih dari satu hari, pembicara bisa memaksimalkan penggunaan ice breaking dalam rangka membangun suasana di awal kegiatan. Maka ice breaking yang disiapkan adalah berupa aktivitas yang memungkinkan peserta dapat saling berinteraksi, mereka dapat mengenal pembicara dan peserta lainnya, mampu mengungkapkan motivasinya mengikuti acara, menyepakati aturan main bersama, memahami gambaran pelaksanaan acara secara umum, dan sebagainya. Sehingga, sejak awal peserta siap untuk mengikuti proses pelatihan.
Kedua, gunakan intruksi yang jelas. Jangan terburu-buru memulai ice breaking. Pastikan seluruh peserta sudah memahami dengan baik aturan main ice breaking sebelum aktivitas dilakukan. Jelakan dengan bertahap dan jika perlu simulasikan dengan beberapa peserta sebagai contoh agar peserta semakin mengerti. Setelah itu, pastikan audiens sekali lagi, tanyakan apakah mereka siap untuk bermain, lalu mainkan.
Ketiga, lakukan dengan penuh kegembiraan dan percaya diri yang tinggi. Rasa gembira dan percaya diri itu seperti magnet yang menarik minat audiens. Mereka akan memberikan tawa, jika pembicara menampilkan rasa gembira. Tidak percaya? Cobalah Anda memberikan senyuman pada seseorang, dia pun akan tersenyum kepada Anda. Kecuali senyum Anda ada maksud tersembunyi, misalnya agar tidak ditagih hutang, mungkin cemberut yang Anda dapatkan.
Percaya diri pembicara, merupakan proses yang panjang, bukan tiba-tiba muncul pada saat acara berlangsung. Percaya diri terkait dengan cara berfikir positif, persiapan, latihan, dan sikap pembicara pada hari pelaksanaan (untuk lebih jelas, mengenai cara membangkitkan percaya diri, dapat dibaca di Rahasia Percaya Diri Bicara Di Depan Publik). Dalam proses persiapan dan latihan, ice breaking perlu diuji coba, dimainkan, bisa kepada tim atau keluarga Anda, sehingga akan terbiasa.
Penting dicatat bahwa ice breaking bukan semata untuk mengisi waktu kosong, bukan juga sekedar pemanis dalam pelatihan. Aktivitas ini merupakan bagian yang dapat menyempurnakan proses pelatihan itu sendiri. Ice breaking bisa menjadi penyengar suasana, pembangkit motivasi, pengasah kreativitas, sekaligus mampu menciptakan interaksi peserta yang setara, penuh kehangatan, keterbukaan, dan kegembiraan. Selamat mencoba.
Salam Powerful…!
Julmansyah Putra
Yuk lanjut silaturahmi di instagram @motivapicture dan di facebook Julmansyah Putra
2 Comments
Trackbacks/Pingbacks
- Tiga Cara Elegan Menegur Audiens yang ‘Asik Sendiri’ Tanpa Menyakiti | Julmansyahputra - […] berdurasi panjang bisa dilakukan pada sesi pertama. Sesi ini ditujukan untuk membangun suasana dan ice breaking; mencairkan sumbatan komunikasi…
Terima kasih, mas, telah menginspirasi.
asiaaap bang Pei, tengkiyu sudah mampir di sini. semoga bermanfaat